Hambar adalah ketika saya menengok ke arah lapangan dari kelas saya yang berada di lantai dua dan saya tidak menemukan kamu sedang bermain bola di sana bersama teman-temanmu seperti kebiasaanmu tiap Jumat Siang. Kemudian menyeruak rasa takut dalam perasaan saya, belum pernah saya merasa takut seperti ini, tidak selama satu tahun terakhir ini, seharusnya kusadari lebih awal, seharusnya rasa takut ini menyeruak lebih cepat supaya aku bisa mempersiapkan diriku, supaya setidaknya saya tidak terlalu terkejut saat kamu pergi. 

bagaimana harus menggambarkan perasaan ini akupun tak tahu. yang kutahu sekarang saya mulai takut kehilangan kamu, saya mulai takut jika nanti melihatmu, menyentuhmu, mendengar suaramu menjadi sebuah angan belaka, saya takut jika kamu harus menjadi memori saya bukan realita saya, saya takut. sungguh. namun saya sudah terlalu lambat untuk menata hati ini, sekarang saya sudah terlanjur timpang setelah kepergianmu. 

semoga kamu berhaasil di Kota kembang itu, pergilah, berlarilah, kejaralah  mimpi mimpimu itu, suatu saat nanti saya akan mendengar tentang berita keberhasilanmu. 

jika suatu saat nanti kita dipertemukan kembali, saya tidak berjanji aku akan tersenyum menyambutmu. karena mungkin rasa sakit itu akan datang, tetapi aku berjani bahwa saat itu tiba aku sanggup menanggung rasa sakit itu.

kini jarakmu dan jarakku ribuan mil, seperti lagu favorit kita.

kini lagu itu jadi realita kita.

jadi sekarang kita bisa menyanyikannya dengan sepenuh hati.

berbahagialah di sana buat saya.